Fungsi tanaman penaung kakao adalah meredam suhu sekitar tanaman. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak pohon sehingga tidak dapat berproduksi. Di habitat aslinya, pohon kakao tumbuh di hutan tropis yang memiliki kelembapan tinggi, suhu udara tinggi, dan penyinaran matahari teduh.
Gambar 1. Tanaman Kakao
Pohon penaung juga berfungsi untuk menghalau angin kencang sehingga dapat meminimalisir daun-daun pohon rontok karena angin. Fungsi selanjutnya adalah sebagai pemompa hara sehingga membuat subur area perkebunan kakao. Fungsi lainnya adalah sebagai tambahan pemasukan bagi para petani kakao. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan tanaman penaung yang bisa menghasilkan buah bernilai jual.
Jika dilihat dari segi fungsinya, tanaman penaung kakao memiliki dua jenis, yakni penaung sementara dan penaung tetap.
Sesuai dengan namanya, pohon penaung ini hanya bersifat sementara karena pohon ini ditanam pada saat pohon kakao belum berproduksi atau masih muda. Fungsinya adalah melindungi daun-daun muda dari tiupan angin besar serta teriknya cahaya matahari.
Jenis pohon yang bisa digunakan sebagai pohon penaung sementara adalah pohon yang pertumbuhannya tegak, pertumbuhannya cepat, memiliki struktur kayu lunak sehingga tahan terhadap pemangkasan, sistem perakaran tidak didominasi oleh akar samping, dan idealnya berasal dari suku leguminosa.
Jenis tanaman yang biasanya digunakan adalah Leucaena glauca, Moghania macrophylla, Flemingia congesta, dan Musa sp.
Penaung tetap
Pohon penaung tetap keberadaannya harus bertahan selama pohon kakao hidup dan berproduksi. Jenis pohon yang bisa digunakan sebagai penaung tetap harus memenuhi beberapa syarat, seperti berasal dari suku leguminosa, bukan merupakan inang dari hama dan penyakit, tahan terhadap angin kencang, dan tidak bersifat alelopati.
Spesies tanaman yang biasanya digunakan adalah lamtaro, gamal, dadap, kelapa, dan pinang. Di antara seluruh spesies tersebut, pohon lamtoro-lah yang paling sering digunakan.
Pohon penaung tetap ditanam satu tahun sebelum kakao ditanam. Tata tanam dan populasi penaung tetap tergantung pada tipe curah hujan. Misalnya untuk pohon lamtoro, gamal, atau dadap yang ditanam di daerah basah, menggunakan jarak tanam 3 m × 6 m untuk kakao yang ditanam 3 m × 3 m. Sementara, pada daerah kering, penanaman dilakukan 3 m × 3 m untuk pohon kakao 3 m × 3 m.