Program Pascasarjana Universitas Medan Area (PPs UMA) melalui Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Pertanian, Magister Agribisnis, dan Magister Manajemen menggelar Seminar Internasional bertajuk “Penentu Keberhasilan Pengelolaan Perkebunan Sawit di Indonesia”, Sabtu (11/2).
Seminar yang digelar di Convention Hall Gedung D Fakultas Ekonomi Kampus 2 UMA, Jalan Sei Serayu Medan itu menampilkan tiga narasumber, yakni Director Sustainability SIPEF Group, Sander Van den Ende. Lelaki asal Belanda yang memiliki pengalaman mumpuni di bidang manajemen sawit ini mengupas tentang “Suistanable Management for The Success of Oil Palm”.
Hal senada disampaikan Direktur Program Pascasarjana UMA Prof Dr Ir Retna Astuti K, MS. Menurutnya SIPEF Group, PT LNK dan PTPN III telah memberikan sumbangsih yang besar bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Dengan demikian, narasumber yang dihadirkan sangat sejalan dengan Program Studi Doktor Ilmu Pertanian UMA yang salah satu konsentarsinya pada perkebunan tropis dan salah satu kajiannya adalah sawit, selain kopi, karet dan kakao.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada panitia dari Prodi Doktor Ilmu Pertanian, Prodi Magister Agribisnis dan Magister Manajemen atas suksesnya penyelenggaraaan seminar internasional ini,” kata Prof Retna.
Director Sustainability SIPEF Group, Sander Van den Ende dalam paparannya menjelaskan, SIPEF Group adalah Perusahaan Modal Asing (PMA) berbentuk Holding Company yang bergerak di bidang agroindustri. SIPEF dikhususkan untuk produksi komoditas pertanian tropis berkelanjutan bersertifikat, terutama minyak sawit. Ini juga menghasilkan pisang, karet, dan teh berkelanjutan bersertifikat. Kegiatan padat karya ini dikembangkan di Indonesia, Papua Nugini dan Pantai Gading.
“Dalam seluruh aktivitasnya, SIPEF senantiasa berupaya mencapai keseimbangan antara pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan sosial, serta pembangunan pada tingkat ekonomi,” katanya.
Sander mengungkapkan, kelapa sawit merupakan salahsatu komoditas tanaman yang mempunyai peran strategis dalam perkembangan ekonomi.
Secara global, sebutnya, berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) ada 27 juta hektar lahan ditanami melibatkan sekira 135 juta pekerja yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan lahan tersebut.
“Sawit merupakan tanaman yang paling berdaya guna, selain tanaman kedelai dan tumbuhan penghasil minyak yang diambil dari bijinya lainnya yang dibudidayakan (rapeseed),” tutur pria berpaspor Belanda ini.
Menurutnya, kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi (downstream), perubahan proses dari kelapa sawit ke berbagai produk turunannya, berkaitan secara ekonomi.
Ia juga menyebut industri perkebunan sawit tak terpisahkan dari keberlanjutan yang merupakan dasar dan pondasi dari industri produk minyak nabati yang dikelola ramah lingkungan serta mematuhi regulasi atau aturan yang berlaku.
Narasumber lainnya, Oshutri Anwar, dalam paparannya menuturkan, PTPN III bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Komoditi yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet, dan aneka tanaman lainnya. Dari tanaman yang dikelola itu, sawit mendominasi sebanyak 80 persen. Saat ini bahkan karet tinggal 12 persen lagi yang dikelola di perkebunan milik BUMN itu.
Menurutnya, sawit ke depannya memiliki nilai yang tinggi.
Di PTPN III, sebutnya, ada lima strategi yang dilakukan untuk pengelolaan perkebunan/tanaman dan sudah berjalan selama dua tahun.
“Pertama, strategi Genome Practice yakni mengubah tanaman yang kita inginkan untuk menjadi bahan tanaman yang produktivitasnya tinggi, adaptif terhadap iklim, adaptif terhadap penyakit, serta kemudahan pelaksanaan panen,” urainya.
Pada strategi Precision Agriculture, PTPN III melakukan strategi manajemen pertanian yang memanfaatkan teknologi dengan mengoptimasikan penggunaan drone. Manfaatnya antara lain bisa memetakan topografi lahan. Selain itu, ada efisiensi biaya jika melakukan penyemprotan dari udara menggunakan drone. PTPN III juga mengadopsi strategi Production Efficiency untuk pengelolaan perkebunannya.
Sementara itu, di strategi Soil Microbiome, PTPN III mengupayakan untuk mengembalikan kesuburan tanah, melakukan tindakan untuk kesehatan tanaman, efisiensi penggunaan pupuk anorganik, dan pengendalian hama dan penyakit terpadu.
“Di zaman serba digital ini, PTPN III juga menerapkan strategi Digital Technologies untuk memajukan pengelolaan perkebunannya,” kata Oshutri Anwar.
Sedangkan Jaya Raj Balasubramamiam dari PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) mengungkapkan, PT LNK adalah perusahaan kerja sama operasional (KSO) antara PTPN II dengan PT KLK yang berpusat di Malaysia.
“Saat ini PT LNK sudah mencapai produksi dengan hasil yang baik. Salah satu kebunnya yakni Kebun Basilam mencapai produksi CPO 6.31 MT per hektar,” katanya.
Dia juga mengungkap proses optimalisasi penyemprotan racun hama dengan tehkik penyemprotan yang lebih efektif dan efisien untuk mencegah hama agar tanaman tidak rusak, serta cara pemupukan yang baik yang berhubungan dengan tanaman sawit.
Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta ke narasumber yang hadir. Cukup banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta Seminar Internasional, para narasumber pun dapat menjawab tiap-tiap pertanyaan yang diajukan oleh peserta sesuai dengan pengalaman dan bidang keilmuan masing-masing.
Turut hadir dalam seminar internasional ini, Fungsionaris Pascasarjana Universitas Medan Area, Ketua Prodi Magister Agribisnis UMA Dr. Ir. Syahbudin Hasibuan M.Si, dan Ketua Prodi Magister Manajemen UMA Dr. Sugito S.E M.Si. Seminar yang diikuti mahasiswa dan dosen dari Universitas Medan Area dan berbagai perguruan tinggi di Medan itu dipandu oleh Dr. Ir. Tumpal HS Siregar M.S dan Dr. Nina Siti Salmaniah Siregar M.Si.
Acara Seminar Internasional ini berlangsung dengan lancar, terlihat dari jumlah peserta yang hadir dan antusiasme peserta selama acara berlangsung. Di akhir acara ketiga narasumber berfoto bersama Fungsionaris Pascasarjana yang sekaligus Panitia Seminar Internasional dan seluruh peserta yang hadir.