Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara eksportir lada terbesar di dunia, bahkan ladang terbesar lada di dunia berada di Indonesia. Tak hanya lada, komoditas perkebunan lain yang juga menjadi andalan adalah kelapa dan teh yang sama-sama menjadi penyumbang devisa negara.
Gambar 1. Kelapa Muda
Berdasarkan neraca perkebunan 2021, ekspor lada berhasil mencapai 39.961,36 ton, sedangkan impor lada tercatat sebanyak 295,37 ton. Ekspor teh tercatat sebanyak 46.003,88 ton, sedangkan impor teh tercatat sebanyak 10,442,75 ton. Selanjutnya, ekspor kelapa tercatat sebanyak 2.133.555,64 ton, sedangkan impor kelapa tercatat sebanyak 76.183,28 ton.
Lada hitam yang berasal dari Lampung dikenal di pasar dunia dengan nama Lampung black pepper, sedangkan lada putih yang berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal dengan nama Muntok white pepper. Pengembangan komoditas lada di tanah air berhasil membuka lapangan pekerjaan dan menjadi sumber pendapatan petani.
Berdasarkan data statistik tersebut, diketahui sebagian besar produksi teh diekspor ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di pasar domestik. Negara tujuan ekspor teh Indonesia berada di lima benua, yakni Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa. Pada 2019, tercatat ada empat negara utama yang menjadi pengimpor teh Indonesia, yaitu Malaysia, Russia Federation, Pakistan, dan United States.
Paparan Plt Dirjen Perkebunan
Komoditas perkebunan lainnya yang tidak kalah menarik adalah kelapa. Kelapa tak hanya dimanfaatkan dalam industri pangan, komoditas ini juga dibutuhkan dalam industri-industri lainnya. Menurut Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D, permintaan kelapa dan produk turunannya terus meningkat setiap tahunnya.
“Saat ini memang masih ada keterbatasan ketersediaan benih unggul kelapa untuk pengembangannya, terutama kelapa genjah dan hibrida, dan sedang kita upayakan percepatan penyediaannya dengan memperbanyak kebun-kebun sumber benih sesuai ketentuan perundang-undangan untuk mendapatkan benih unggul bermutu tersebut guna memenuhi target pengembangan khususnya peremajaan tanaman tua rusak yang kebutuhannya mencapai ratusan ribu hektare per tahun,” terang Ali Jamil Dirjen Perkebunan.