Indonesia sangat berpotensi untuk terus mengembangkan prospek ekspor rumput laut. Rumput laut yang dihasilkan Tual dan Maluku Tenggara tengah disiapkan sebagai komoditas unggulan ekspor. Kedua daerah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang masih bagus sehingga rumput laut dapat tumbuh lebih cepat dan mengandung karagenan yang lebih tinggi.
Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu, menjelaskan, Indonesia memiliki luas lahan marikultur sebesar 12,3 juta hektare. Sementara itu, potensi yang baru digarap hanya 102 ribu hektare atau baru 0,8%. Berdasarkan data dari FAO 2020 Indonesia menjadi produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah Cina. Indonesia juga menjadi negara pemasok bahan baku rumput laut khusus jenis Euchema cottonii.
“Kami beri support penuh untuk daerah-daerah potensial yang mau mengembangkan rumput laut. Seperti di Tual dan Maluku Tenggara, dan daerah potensial lainnya.
Prospek potensi pengembangan budidaya rumput laut di Kota Tual terdapat di 3 kecamatan dengan jumlah pembudidaya sebanyak 1.335 orang. Usaha budidaya di kota tersebut dapat menghasilkan pendapatan kurang lebih Rp6,65 miliar. Sementara itu, budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara dapat menghasilkan pendapatan kurang lebih Rp141,5 miliar.
Tb. Haeru menilai potensi rumput laut di Indonesia masih bisa dimaksimalkan dan berpotensi menjadi raja rumput laut dunia. Menurutnya, rumput laut mudah dibudidayakan dan cepat panen. Budidaya rumput laut dapat menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Apalagi, praktik budidaya rumput laut itu ramah lingkungan, emisi rendah karbon, dapat mereduksi polutan, dan berpotensi sebagai renewable resources.
“Rumput laut itu unik dan ini sangat merakyat. Tapi jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber ekonomi besar,” ujar Tb. Haeru.
KKP telah menyiapkan beberapa terobosan untuk mengembangkan rumput laut. Salah satunya menyediakan bibit rumput laut berkualitas dari hasil kultur jaringan. Teknologi ini dinilai mampu memperbaiki mutu bibit rumput laut.
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Sarwono, menjelaskan, bibit rumput laut hasil kultur jaringan memiliki keunggulan berupa toleran terhadap kondisi cuaca yang kurang baik. Selain itu, bibit ini dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak serta cepat pada saat musim tanam.
Sarwono menerangkan, musim hujan menjadi waktu yang tepat untuk menggunakan bibit kultur jaringan karena bibit ini dapat tumbuh lebih cepat dan lebih menguntungkan dari segi pendapatan.