Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang optimal, maka harus diperhatikan syaratsyarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan di samping perawatan. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Tanaman mungkin tumbuh kerdil, daunnya sedikit, percabangannya banyak, serta pertumbuhan yang kurang umum lainnya. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah walaupun langkah perawatan seperti pemupukan dan lainlainnya dilakukan sesuai kebutuhan.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1—600 m dari permukaan laut. Bisa dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai areal yang dapat dibuka untuk ditanami karet. Hampir di seluruh daerah di Indonesia karet dapat tumbuh subur. Curah hujan yang cukup tinggi antar 2.000—2.500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalamsehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tidak selama 5—7 jam. Faktor-faktor produksi alami seperti letak daerah terhadap lintang, besarnya curah hujan, suhu harian rata-rata, ketinggian tempat dari permukaan laut, dan intensitas sinar matahari adalah hal yang amat dibutuhkan tanaman karet dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpanganpenyimpangan terhadap faktor ini, maka akan mengakibatkan turunnya produktivitas.
Hasil karet yang maksimal akan didapat pada tanah-tanah yang subur. Sebenarnya tanaman ini tidak terlalu menuntut kesuburan tanah yang tinggi, bisa saja ditanam di lahan yang kurang subur. Dibanding tanaman perkebunan lainnya (kopi, cokelat, teh, dan tembakau), tanaman karet adalah yang paling toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah.
Untuk membantu pertumbuhannya dapat dengan penambahan pupuk. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang terhampar luas di Indonesia dan Malaysia dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang memuaskan. Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan aluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet.
Padas pada lapisan olah tanah tidak Disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar. Lapisan padas dapat mengganggu proses pengambilan hara dari dalam tanah oleh akar. Padas boleh terdapat pada lapisan tanah asalkan terletak pada kedalaman 2—3 meter. Karet menyukai tanah yang mudah ditembus air. Akan tetapi, tanah dengan pasir kuarsa yang tinggi juga menghambat pertumbuhan tanaman.
Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5—6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4—8. Tanah yang agak asam masih lebih baik daripada tanah yang basa.
Defenisi Topografi
Topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan perkebunan karet datar dan tidak berbukit-bukit. Tanah yang datar selain memudahkan pemeliharaan juga memudahkan penyadapan dan pengangkutan lateks. Sementara itu, kemiringan atau turun naiknya lahan akan menyulitkan. Sebaiknya tanah tersebut dekat dengan sumber air, misalnya sungai atau aliran-aliran air.