Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan sumber devisa negara. Indonesia merupakan negara dengan luas areal perkebunan karet terbesar di dunia, yaitu seluas 3,6 juta ha dengan produksi 3,3 juta ton pada tahun 2019. Sedangkan Thailand memiliki luas areal perkebunan karet seluas 3,5 juta ha dengan produksi sebesar 4,9 juta ton. Produktivitas karet Indonesia yang tercatat sebesar 1.025 kg/ha berada di bawah produktivitas Thailand yang mencapai 1.379 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan karet yang luas ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang baik, terlebih luas areal perkebunan karet Indonesia tersebut sebesar 88,93% dikelola oleh rakyat secara konvensional. Sehingga masih memerlukan, pembinaan terhadap perkebunan rakyat agar dapat meningkatkan produktivitas karet. Selain itu juga perlu mendorong pertumbuhan hilirisasi produk lateks untuk menjadi produk karet hilir yang bernilai tambah tinggi. Keberhasilan hilirisasi produk karet dapat mengangkat pekebun karet dari kemiskinan karena keberhasilan hilirisasi karet akan berimplikasi positif pada stabilitas harga yang menguntungkan bagi pekebun.
Pada tahun 2019 produksi karet nasional menyumbang devisa negara sebesar 2,32 milyar US$ atau 65,84%. Devisa tersebut diperoleh karena sebagian besar produksi karet nasional diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, China, India dan Korea Selatan dalam bentuk karet mentah, sedangkan sisanya sebanyak 20% diolah di dalam negeri menjadi produk-produk jadi. Selain menguntungkan negara, perkebunan karet ini melibatkan pekebun sebanyak 2,07 juta KK dan menyerap ± 60.000 tenaga kerja di sekitar 163 industri karet alam. Dengan demikian hal tersebut merupakan peluang bagi industri karet nasional untuk terus berproduksi maksimal agar pendapatan pekebun meningkat karena merekalah yang telah memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan devisa negara.
Peningkatan produktivitas tanaman karet sangat perlu dilakukan, melihat prospek dan pengembangan agribisnis karet sangat bagus. Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam peningkatan produktivitas tanaman karet adalah menerapkan praktek budi daya (Good Agricultural Practices) tanaman karet yang baik, terutama pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman karet melalui pemupukan merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk mencapai produktivitas optimal. Akhir-akhir ini ketersediaan pupuk yang terbatas dan harga yang terus meningkat menyebabkan kegiatan pemupukan sering tertunda. Harga pupuk yang terus meningkat dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan permintaan pupuk, naiknya harga bahan baku yang masih impor dan biaya transportasi. Selain kendala faktor eksternal tersebut, faktor internal dari pengusaha perkebunan karet juga mengharuskan peningkatan efisiensi karena harga karet yang rendah, sehingga terjadi penurunan daya beli. Akibat rendahnya harga karet tahun 2014-2018 menyebabkan banyak perusahaan perkebunan karet yang mengurangi dosis pemupukan dari dosis anjuran dan bahkan ada yang meniadakan kegiatan pemupukan. Pemupukan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab terlambatnya matang sadap dan rendahnya produktivitas tanaman karet. Oleh karena itu perlu strategi dalam upaya peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman karet.
Pemberian pupuk pada tanaman karet bertujuan untuk mempertahankan kesuburan dan menjaga kelestarian tanah, menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi getah karet 10-33%, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pemupukan tanaman karet dilakukan sejak penanaman bibit hingga tanaman berumur >25 tahun sampai 2 tahun sebelum peremajaan. Selain itu, sebelum melakukan pemupukan sebaiknya gulma dibersihkan terlebih dahulu agar pemberian pupuk efektif. Pada tanaman karet yang dipacu pengeluaran getahnya menggunakan hormon dianjurkan memberikan pemupukan ekstra disamping pemupukan yang umum dilakukan. Sebab pemberian hormon tersebut akan meningkatkan penyerapan hara dari tanah oleh perakaran tanaman karet.
Dalam rangka pencapaian efisiensi pemupukan, maka dosis rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan kandungan hara tanah sehubungan dengan kapasitas tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, faktor lingkungan seperti kondisi gulma yang mempengaruhi efisiensi pemupukan, dan kebutuhan tanaman akan unsur hara sesuai dengan umur, produksi, dan kesehatan tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan Analisa tanah dan daun tanaman pada luasan tertentu yang sering disebut Leaf Sampling Unit (LSU).
Pemupukan di perkebunan karet umumnya menggunakan pupuk tunggal. Sementara efisiensi pemupukan menggunakan pupuk tunggal masih rendah. Hal ini dikarenakan pupuk tunggal seperti Urea dan KCl rentan terhadap pencucian (leaching) dan penguapan (volatilisasi). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan yaitu dengan menggunakan pupuk majemuk dengan tambahan Slow Release Fertilizer (SRF). Salah satu jenis pupuk majemuk SRF yang digunakan di perkebunan karet adalah pupuk NPK tablet. Selain itu penggunaan pupuk hayati mempunyai peranan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pupuk hayati (biofertilizer) mengandung mikroba yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kelarutan hara dalam tanah yang dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba (bakteri dan jamur) yang umum digunakan sebagai bahan aktif adalah bakteri penambat nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dan mikoriza.
Pemupukan akan efektif, apabila sifat pupuk yang diberikan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Respon tanaman karet terhadap pemupukan tergantung dari status hara tanaman. Pada tanaman karet yang sangat kekurangan hara, pemupukan dapat meningkatkan produksi hingga 50%. Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: dosis pupuk, jenis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, cara pemupukan dan pengendalian gulma.
Rekomendasi pemupukan di pembibitan
Rekomendasi pemupukan di polybag, ukuran 40×25 cm
Rekomendasi pemupukan pada kebun entres
Rekomendasi pemupukan pada tanaman belum menghasilkan
Rekomendasi pemupukan pada tanaman menghasilkan
Lokasi pemberian pupuk
Cara pemberian pupuk
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan melalui tanah umumnya diberikan dalam bentuk butiran, tablet atau larutan, sedangkan melalui daun biasanya dalam bentuk larutan. Pemupukan melalui daun biasanya hanya dilakukan di pembibitan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
- Langsung ditabur di atas permukaan tanah di bawah tajuk tanaman setelah tanahnya dicangkul ringan.
- Pupuk dibenam di beberapa tempat di sekitar tanaman.
- Pupuk dibenam di dalam alur atau parit dangkal di sekitar tanaman atau memanjang sepanjang barisan tanaman.