Belakangan, produsen tempe terus merasa tertekan karena harga kedelai yang terus melonjak sejak 2020 sehingga membuat harga tempe juga ikut meroket. Bahkan, harga kedelai pernah menyentuh angka Rp11.300. Namun, pemerintah memastikan stok kedelai nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai April 2022.
Gambar 1. Tempe
Total stok kedelai yang dimiliki Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) tercatat sebesar 300.000 yang terdiri atas stok awal Februari sebesar 160.000 ton dan ditambah stok pertengahan Februari sebanyak 140.000 ton. Sampai saat ini pemerintah masih mendiskusikan solusi untuk mengatasi biaya produksi tahu dan tempe yang terus merangkak naik.
“Saya sudah perintahkan belanja berapa pun, yang penting tersedia, jangan sampai 150.000 UMKM ini yang tergantung dari kedelai tidak mendapatkan barang,” tutur Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan.
Selain itu, kenaikan juga disebabkan oleh lonjakan inflasi di Amerika Serikat yang menembus 7,5 persen yoy pada Januari 2022. Kenaikan tersebut langsung berdampak pada harga produksi kedelai.
“Terjadi shortage tenaga kerja dan kenaikan biaya sewa lahan serta ketidakpastian cuaca di negara produsen mengakibatkan petani kedelai di AS menaikkan harga,” kata Oke.
Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari mencapai USD 15,77 per bushels atau setara Rp11.240 per kg. Kemendag memprediksi harga tersebut terus naik hingga Mei, kenaikannya mencapai USD15,79 per bushels.
Kenaikan harga tersebut menyebabkan harga tempe dan tahu naik. Untuk tempe, dari harga semula Rp10.300 menjadi Rp10.600. Sementara itu, harga tahu naik dari Rp650 menjadi Rp700 per potong.
“Saya akan sosialisasikan ke masyarakat, supaya paham bahwa kedelai nasional tidak bisa memasok kebutuhan nasional yang sekarang mengimpor lebih dari 80–85 persen kedelai. Dari 3 juta ton itu adalah impor,” pungkasnya.