Selama masa pandemi COVID-19, tembakau menjadi komoditas perkebunan yang masih tegar berdiri. Hal ini dapat terlihat dari petani yang masih bisa menjalankan usaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu yang menyebabkan komoditas ini mampu bertahan adalah progam mitra. Dari kemitraan tersebut petani memiliki jaminan pasar dan modal bisa kembali.
Gambar 1. Tanaman Tembakau
“Dengan adanya kontrak di awal tahun, petani mempunyai jaminan pasar hingga produksi kami terserap. Jika produksi kami terserap, ada rupiah yang kami dapatkan,” ujar petani tembakau, Hamdani.Hamdani berharap, ke depannya komoditas ini tetap bertahan sehingga bisa menopang dan menghidupi petani tembakau.
Petani tembakau membutuhkan oven konvensional dengan bahan-bahan alternatif cangkang sawit dan kemiri untuk mengeringkan hasil panen. Satu oven tersebut mampu menampung 550 stik atau sekitar 4 ton daun tembakau.
Hamdani mendukung pengembangan tembakau menjadi komoditas ekspor. Ia mengatakan petani harus bisa paham dan memenuhi syarat standar kebutuhan pasar global, baik dari sisi residu maupun dari beberapa faktor lainnya.
Hamdani menjelaskan, dirinya terus mengembangkan komoditas ini karena komitmen turun-temurun dari keluarganya. Tembakau terbukti mampu menjadi sumber pemasukan yang dapat menyekolahkan kelima anak orangtuanya dan membangun rumah.
“Keuntungannya lumayan, kita kerja cuma sembilan bulan bisa untuk hidup satu tahun. Kata kunci, bermitra. Kalau menanam tembakau harus bermitra, jangan tanam tembakau kalau tidak bermitra, digarisbawahi,” pungkas Hamdani.