Jamur maitake (Grifola frondosa) sering disebut juga sebagai hen of woods atau dalam bahasa Cina disebut huishuhua. Secara harfiah, jamur maitake berarti jamur menari. Nama tersebut berkaitan dengan cerita kuno saat jamur ini pertama kali ditemukan. Saat itu harga jamur ini setara dengan perak murni sehingga membuat pemburu jamur yang menemukan jamur ini akan menari kegirangan.
Gambar 1. Jamur Maitake
Tubuh buah jamur ini bertumpuk menyerupai sendok, kipas, dan lidah. Rumpun maitake memiliki lebar sekitar 27 cm dan berwarna keabuan hingga cokelat terang. Daging buah berwarna putih dengan ketebalan mencapai 1—3 cm.
Walaupun popularitas maitake tidak setinggi jenis-jenis jamur lainnya. Maitake terkenal sebagai jamur yang memiliki banyak khasiat. Jamur ini kerap digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. Seorang profesor asal Jepang yang meneliti khasiat maitake berhasil menemukan fakta bahwa jamur bisa digunakan sebagai antikanker dan antitumor.
Tak hanya berkhasiat, jamur yang pernah menjadi barang mahal ini juga memiliki rasa yang enak. Jamur maitake tumbuh baik pada kisaran suhu 5—37°C, tetapi pertumbuhannya akan optimal pada suhu 21—27°C. Jika suhu kurang dari 32°C, pertumbuhan jamur dapat berjalan lebih lambat. Miselia maitake lebih tahan terhadap suhu panas.
Tingkat kelembapan yang baik untuk jamur ini adalah 60—63 persen. Jika kelembapan substrat terlalu rendah, perkembangan tubuh buah menjadi tidak beraturan. Sementara itu, jika tingkat kelembapan terlalu tinggi dapat menyebabkan miselia jamur mengeluarkan cairan kuning. Cairan tersebut dapat berakibat buruk untuk pertumbuhan jamur.
Tingkat kelembapan tersebut harus dipertahankan sepanjang proses budidaya. Pasalnya, tingkat kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan tubuh buah menjadi layu. Sementara itu, tingkat kelembapan yang tinggi lebih dari 95 persen dapat membuat jamur membusuk.
Artikel Terkait :