Banyak pekebun yang kerap melakukan pola tumpang sari untuk menanam kopi. Salah satu jenis tanaman yang bisa disandingkan dengan penghasil biji kopi ini adalah nilam. Tumpang sari kopi dapat membuat keuntungan yang didapatkan petani lebih banyak serta tanaman nilam bisa dipanen lebih cepat, yakni 8 bulan setelah tanam. Dengan begitu, petani bisa mendapatkan keuntungan sembari menunggu tanaman kopi menghasilkan buah. Umumnya, biji kopi sudah bisa dipetik setelah berumur dua tahun.
berumur dua tahun.

Budidaya kopi memang bisa dilakukan dengan pola tumpang sari asalkan tanaman pendampingnya tidak menyaingi tanaman kopi dalam mendapatkan sinar matahari. Itu sebabnya kopi cenderung cocok berdampingan dengan tomat, kubis, cabai, dan rempah-rempah seperti kapulaga. Tinggi tanaman nilam dewasa hanya sekitar 0,75 m. Dengan begitu, nilam dinilai tidak menyaingi tanaman kopi.
Selain menggandakan keuntungan dan membuat petani tetap mendapatkan keuntungan selama biji kopi belum masak, sistem tumpang sari ini juga dapat mengatasi permasalahan ekonomi seperti harga kopi yang turun. Hal tersebut dikarenakan petani masih bisa memanfaatkan tanaman sela.
Saat ini budidaya kopi masih sering dilakukan tanpa perawatan sehingga pengawasannya cenderung kurang. Pemilihan nilam sebagai tanaman sela memang tidak begitu menguntungkan secara ekonomi, tetapi nilam dapat mengusir hama yang menyerang tanaman kopi. Berdasarkan pengalaman pekebun yang telah melakukan pola tumpang sari ini, tanaman kopinya belum pernah rusak terserang hama.
Tanaman nila mengandung zat aktif yang dapat mengalau hama atau repelen. Aroma yang dikeluarkan oleh nilam dapat tercium oleh hama dari jarak yang jauh. Kondisi tersebut membuat hama enggan mendekati tanaman.
Bukan hanya serangan hama yang dapat dihalau, nilam juga bisa menghambat pertumbuhan gulma karena tanaman ini tumbuh menyemak sehingga menghalangi sinar matahari menembus ke permukaan tanah.