Saat ini Indonesia telah menjadi negara penghasil biji kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Sayangnya, kegiatan ekspor kopi tidak selalu berjalan mulus. Seperti pada tahun lalu, Food Monitoring and Safety Division, Pharmaceutical and Living Hygiene Bureau, Ministry of Health, Labour and Welfare (MHLW) Jepang menemukan biji kopi asal Indonesia mengandung residu insektisida berbahan aktif Isoprocarb 0,03 ppm dari ambang batas 0,01 ppm.
Gambar 1. Tanaman Biji Kopi
Setelah diklarifikasi, rupanya biji kopi tersebut berasal dari Kabupaten Tanggamus, Way Kanan, Lampung Barat, dan Lampung Utara. Keempat kabupaten tersebut diketahui sebagai penghasil kopi terbesar di Lampung.
Pada 2019, luas areal perkebunan kopi di Provinsi Lampung mencapai 156.918 hektare dengan total produksi sebesar 117.092 ton. Perkebunan tersebut melibatkan 142.511 petani (KK). Oleh karena itu, perkebunan kopi menjadi mata pencaharian utama di empat kabupaten tadi.
Pengendalian OPT
OPT utama tanaman kopi adalah hama penggerek buah kopi (PBKo), kutu-kutuan, penggerek batang, penyakit karat daun, dan nematoda luka akar. Tak jarang, semut yang hadir pada tanaman kopi juga diberantas karena dianggap mengganggu kegiatan panen buah kopi di lapangan. Padahal, semut dapat berperan sebagai predator untuk mengendalikan hama PBKo pada tanaman kopi.
Semut termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Jumlah individu dalam satu koloni bisa mencapai ribuan ekor. Semut pada tanaman kopi bisa menjadi predator yang memangsa hama PBKo dan mencegah hama PBKo menyerang tanaman.
Semut yang diketahui bermanfaat mengendalikan hama PBKo adalah semut rangrang (Oecophylla smaragdina), semut bonding (Pheidologeton sp.), semut firaun (Monomorium sp.), semut berduri (Polyrachis sp.), semut api/merah (Solenopsis sp.), semut api kecil (Wasmannia sp.), semut cina (Paratrechina sp.), dan semut kripik/akrobat (Crematogaster spp.).
Keberadaan semut yang dapat mengganggu pekerja di kebun bisa diatasi dengan menggunakan minyak atsiri seperti serai wangi. Memang, tak dimungkiri, kehadiran ribuan semut di kebun bisa menyebabkan pekerja terkena gigitan semut dan bekas gigitan tersebut akan merah-merah serta terasa pedih. Oleh karena itu, petani kerap memberikan insektisida menjelang panen untuk mengendalikan semut, padahal hal tersebut dapat menimbulkan residu pada buah kopi.
Populasi semut dapat meningkat drastis bila tersedia daun kering, menggunakan pohon pisang dan pohon nangka sebagai penaung tanaman kopi, dan penanaman dilakukan berdekatan dengan pohon-pohon kering. Untuk mengendalikan populasi semut agar tidak berlebihan, pekebun harus melakukan sanitasi kebun dengan baik.