Kenaikan harga cabai yang kerap terjadi merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang terjadi selama proses produksi. Namun, saat musim hujan menjadikan momok paling menakutkan bagi petani cabai. Karena serangan virus pada musim hujan bisa menggagalkan hasil cabai, tapi dengan melakukan pencegahan, ancaman itu dapat dihindari.
Virus yang menyerang tanaman cabai tidak berdampak secara langsung terhadap fluktuasi harga cabai karena penyakit-penyakit pada cabai yang disebabkan oleh virus terjadi secara sistemik dan perlahan atau memiliki jangka waktu panjang. Kenaikan harga cabai, salah satunya disebabkan oleh serangan beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus akibat berkurangnya produktivitas cabai, tetapi serangan virus bukan merupakan pemicu dari naiknya harga cabai.
Jenis Penyakit disebabkan oleh Jamur dan Bakteri
Penyebab utama penurunan produksi pada musim hujan dibandingkan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus. Beberapa jenis virus yang menyerang cabai dan yang paling endemis di Indonesia adalah penyakit virus kuning (virus gemini) yang menyebabkan daun keriting, berubah warna menjadi kuning dan menurunkan produktivitas tanaman cabai secara signifikan.
Virus ini ditularkan oleh kutu kebul (bemisia tabaci), virus kuning tersebar di berbagai sentra produksi cabai dan menurunkan produktivitas hingga mendekati 100%. Pengendalian sumber inokulum (benih) dan vektor menjadi kunci utama pengendalian penyakit kuning. Musim hujan merupakan periode kritis bagi produksi cabai, maka pengelolaan tanaman cabai pada musim hujan harus dilakukan secara terpadu melalui beberapa langkah berikut:
- Pengaturan guludan untuk pertanaman cabai di musim hujan dilakukan untuk menghindari genangan air dan kelembaban. Bertanam cabai pada musim hujan menggunakan ukuran guludan 100–110 cm, lebar selokan 60–70 cm (lebih lebar daripada selokan di musim kemarau agar sirkulasi udara lebih bagus, drainase air berjalan dengan baik, pelaksanaan penyemprotan lebih mudah), tinggi guludan 50 cm (agar perakaran tanaman tidak tergenang air).
- Penanaman cabai di musim hujan harus menggunakan jarak tanam yang lebih lebar karena pertumbuhan tanaman lebih subur. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari sehingga kelembaban mikro dapat dikurangi.
- Menanam varietas yang agak tahan terhadap serangan penyakit virus misalnya cabai keriting jenis Lembang 1 dan Kencana. Benih bersertifikat. Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui benih (seed borne), oleh karenanya, penggunaan benih bebas penyakit menjadi persyaratan mutlak. Pemupukan yang berimbang, yaitu 150-200 kg Urea, 450– 500 kg Za, 100-150 kg TSP, 100-150 KCl, dan 20–30 ton pupuk organik per hektar.
- Pengendalian serangga penular (vektor), sanitasi dan eradikasi tanaman atau bagian tanaman yang terinfeksi perlu dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit.
- Penanaman cabai pada musim hujan di bawah naungan (net house) dilakukan untuk mengurangi pengaruh curah hujan yang tinggi. Teknologi ini akan lebih baik apabila dikombinasikan dengan kassa yang dapat mencegah masuknya hama (insect proof). Penerapan teknologi ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil, serta dapat mengurangi penggunaan insektisida sampai 30%.