Lazimnya, sebelum memulai budidaya, petani perlu melakukan pengolahan tanah untuk mempersiapkan tanah menjadi gembur dan subur. Beda halnya dengan petani jagung yang bisa tetap melakukan budidaya meskipun tanpa mengolah tanah, bahkan hasil panen jagung yang didapatkan melimpah.
Gambar 1. Tanaman Jagung
Seperti yang dialami ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sido Makmur III, Munawar berhasil memanen 2.500 kg jagung pipilan pada 2015. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding hasil panen pada 2013. Biaya produksi yang dikeluarkan hanya Rp1.150.000. Biaya tersebut tergolong sangat murah karena Munawar hanya mengeluarkan modal untuk benih dan pupuk. Benih yang diperlukan sebanyak 4,2 kg, sedangkan pupuk yang dibutuhkan adalah 125 kg urea, 75 kg TSP, dan 25 kg KCl.
Uniknya, Munawar tidak mengeluarkan biaya olah tanah karena menerapkan sistem tanpa olah tanah (TOT). Biasanya, pekebun di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambangdipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, membudidayakan jagung sebagai tanaman sela setelah masa tanam padi. Petani menggunakan pola padi-padi-palawija, sedangkan jagung umumnya ditanam pada Juli–Agustus.
Menurut Munawar, anggota yang menggunakan sistem TOT dapat menghemat biaya produksi. Pasalnya, untuk mengolah 1 hektare lahan, petani membutuhkan 20 tenaga kerja selama 1 hari. Adapun biaya tenaga kerja yang perlu dikeluarkan sebesar Rp60.000–Rp70.000 per orang per hari. Dengan begitu, biaya untuk olah tanah per hektare mencapai Rp1.200.000–Rp1.400.000.
Menurut peneliti jagung dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros, Sulawesi Selatan, Ir. Andi Haris Talanca, hasil panen yang didapatkan oleh Gapoktan Sido Makmur III disebabkan oleh pemupukan yang optimal. Selain itu, petani menggunakan benih berkualitas dan berlabel. Petani pun melakukan pengairan dan pemupukan yang tepat.
Petani yang menggunakan sistem TOT akan memulai kegiatan dengan mengaplikasikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar pada H-7 sampai H-4 sebelum tanam. Pupuk dasar yang digunakan sebanyak 300 kg untuk 1.000 m2 dan jenis pupuk yang digunakan adalah campuran pupuk kandang sapi dan kambing dengan perbandingan yang sama. Setelah itu, lahan sudah bisa langsung digunakan untuk bertanam.
Saat kegiatan budidaya ditunjang dengan kesuburan tanah yang baik, hasil panen yang didapatkan pasti lebih tinggi.