Burung madu gunung atau Aethopyga eximia memiliki nama lokal tongsit gunung. Nama lokal tersebut berasal dari Gunung Slamet, Jawa Tengah. Keindahan burung ini terletak pada kombinasi warna bulu-bulu, bahkan beberapa di antaranya memiliki warna-warna metalik seperti merah, biru berlin, ungu, dan cokelat.
Gambar 1. Burung Kenari
Seluruh spesies dari anggota suku Nectariniidae dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Binatang Liar. Ada 12 spesies dari anggota suku Nectariniidae yang berada di Jawa dan Bali, salah satunya adalah madu gunung. Di Indonesia, burung madu gunung dikategorikan sebagai burung sebaran terbatas.
Burung jantan berukuran sedikit lebih besar dibanding betinanya. Iris matanya berwarna cokelat tua dan paruhnya berwarna hitam. Madu gunung betina dan jantan sangat mudah dibedakan. Perbedaannya terletak pada variasi warna bulu-bulu pada tubuhnya.
Sementara itu, betina gunung madu berwarna sebagian besar atau hampir seluruh bagian bulu-bulu tubuhnya polos kekuning-kuningan. Bagian bahu atau kedua scapularnya berwarna putih.
Sebaran burung madu gunung terbatas hanya di Jawa. Hal menarik dari burung dengan sebaran terbatas ini adalah perannya, gunung madu berperan sebagai penyerbuk bunga-bungaan yang ada di hutan. Burung ini dapat dijumpai di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Biasanya, madu gunung dapat ditemui di pegunungan. Daerah sebaran burung ini adalah Jawa Barat yang meliputi Gunung Salak, Gunung Halimun, Gunung Kendeng, Gunung Kamojang, Gunung Papandayan, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Masigit, Gunung Cikurai, dan Gunung Ciremai.
Sang penyerbuk bunga memiliki kebiasaan menjelajah sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil. Biasanya, madu gunung hidup di hutan bagian bawah yang rapat. Burung ini sering menghampiri tanaman yang sedang berbunga.