Beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia, konsumsinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Produksi padi dari tahun ke tahun pun meningkat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada 2021 sebanyak 55,27 juta ton GKG, sedangkan pada 2020 hanya sebanyak 54,65 juta ton GKG. Di tengah tingginya produksi beras, petani juga perlu menjaga mutu beras agar disukai konsumen.
Gambar 1. Beras
Perkembangan yang semakin maju membuat varietas beras yang dibudidayakan semakin beragam. Kondisi tersebut mengakibatkan mutu beras juga ikut menjadi beragam. Terlebih lagi proses penanaman, panen, pengangkutan, hingga pengelolaan juga bisa berdampak bagi tingkat kemurnian, kualitas, dan nilai produk beras.
“Mutu beras dikategorikan dalam empat kelompok, yakni mutu fisik, mutu tanak atau argonolrpyik, mutu gizi, dan standar spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji. Kategori mutu pada beras ini dinilai sangat luas karena itu membutuhkan deteksi secara lebih komprehensif lagi, tidak hanya berdasarkan pada indra penglihatan saja, melainkan dengan teknologi yang lebih maju sehingga mendapatkan perhitungan yang lebih tepat dan lebih efisien,” papar Prayudi seperti dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id.
Saat ini kualitas beras sudah bisa dideteksi dengan aplikasi berbasis Android. Aplikasi tersebut diharapkan bisa menguji mutu organoleptik beras lebih akurat dan cepat. Alat deteksi ini dibuat berdasarkan hubungan antara kandungan amilosa beras dan karakteristik citra beras serta persamaan matematika perubahan kandungan amilosa beras selama masa penyimpanan.
“Aplikasi ini dapat diuji validitasnya dengan memperhatikan perubahan karakteristik citra, perubahan amilosa, dan mutu organoleptiknya. Aplikasi ini berhasil dikembangkan dan dapat digunakan sebagai alat uji mutu organoleptik beras,” tutur Mulyana.