Ramuan herbal sering dijadikan alternatif pengobatan karena dinilai lebih alami dan minim efek samping. Namun, tahukah Anda, ramuan herbal tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Anda harus mengetahui dosis yang tepat, efek samping yang kemungkinan akan muncul, dan cara pembuatan ramuan herbal yang harus dilakukan dengan benar. Berikut ini beberapa hal penting terkait ramuan herbal.
Gambar 1. Ramuan Herbal
Ramuan herbal yang direbus
Ramuan herbal yang direbus cenderung lebih mudah diserap dan menimbulkan reaksi yang lebih cepat. Cara ini cocok untuk penyakit akut. Saat merebus simplisia, api dibiarkan menyala maksimal hingga air mendidih, kemudian api dikecilkan seminimal mungkin agar air tidak meluap dan mencegah penguapan dini.
Jumlah air untuk merebus
Tiap ramuan memiliki takaran jumlah air yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan ada beberapa simplisia yang dapat menyerap air lebih banyak sehingga jumlah air yang dibutuhkan lebih banyak. Selain itu, jumlah air juga ditentukan dari besarnya api yang digunakan. Bila Anda merebus di atas api besar, jumlah air yang dibutuhkan juga lebih besar dibanding merebus dengan api kecil.
Lama perebusan
Lama perebusan bergantung pada simplisia yang digunakan. Misalnya, simplisia yang digunakan untuk merangsang keluarnya keringan bisa direbus dengan api besar selama 10 menit setelah air mulai mendidih. Sementara itu, tanaman obat yang diperuntukkan memperkuat tubuh (tonik) lebih baik direbus selama ½ jam di atas api kecil.
Untuk simplisia berat atau keras seperti kayu dan akar, proses perebusan berlangsung selama 10–20 menit dengan panas yang rendah terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk melarutkan zat aktif. Setelah itu, baru ditambahkan tanaman obat aromatik dan terakhir ditambahkan tanaman obat yang sangat ringan seperti daun atau bunga. Proses perebusan tahap terakhir hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima menit. Setelah proses selesai, ramuan perlu disaring.