Oleoresin adalah campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik. Salah satu bahan yang mengandung resin yang cukup tinggi adalah jahe. Rempah ini tak hanya mengandung minyak, tetapi juga resin yang bisa dibuat menjadi oleoresin.
Gambar 1. Oleoresin
Hasil olahan resin ini lebih disukai di dalam industri karena aromanya lebih tajam dan dapat menghemat biaya pengolahan.
Pembuatan oleoresin yang berasal dari limbah minyak atsiri kulit kayu manis dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Alat yang diperlukan adalah ekstraktor yang dilengkapi dengan sebuah pengaduk dan koil panas. Sumber panas berasal dari sebuah ketel uap yang digunakan juga pada ketel suling. Ekstraktor ini juga berfungsi sebagai pemisah oleoresin dan pelarut.
Pemanfaatan hasil sisa produksi menjadi oleoresin dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan limbah hasil produksi. Selain itu, pemanfaatan ini juga dapat memberikan tambahan nilai ekonomi bagi pelaku usaha.
Setiap 1 kg oleoresin jahe sama dengan 28 kg bubuk jahe. Ekstraksi oleoresin jahe dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni penyimpanan bahan sebelum ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan, metode yang digunakan, dan proses pemisahan pelarut dari hasil ekstraksi.
Oleoresin digunakan dalam industri kue, daging, makanan kaleng, dan sebagai bahan penyedap masakan atau rempah-rempah. Jika dilihat dari segi biaya pembuatannya, hasil olahan resin ini cocok digunakan untuk keperluan industri dibanding untuk substitusi rempah-rempah masakan.
Di dunia perdagangan, oleoresin dikenal dalam bentuk dispersed, fat-based, dan encapsula. Bentuk dispersed dibuat dengan mencampur olahan resin dengan media tertentu seperti garam, tepung, dan gula. Bentuk fat based dibuat dengan mencampurkannya ke dalam lemak atau minyak tumbuh-tumbuhan. Adapun encapsulated dibuat dengan memasukkan serbuk oleoresin ke kapsul.