Pasti Anda sering mendengar nama pupuk kalium. Pupuk kalium memang salah satu jenis pupuk yang paling sering dibutuhkan oleh petani di Indonesia. Hal ini karena kebanyakan unsur hara kalium di dalam tanah masih relatif kecil, padahal unsur tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Gambar 1. Pupuk Kalium
Tanaman yang kekurangan unsur hara kalium akan menunjukkan gejala abnormal. Gejala tersebut lebih terlihat pada tanaman yang masih muda. Duan-daun berubah mengerut alias keriting dan kadang-kadang daun tua tampak mengilap tetapi tidak rata. Bagian ujung dan tepi daun tampak menguning. Warna kuning tersebut juga terlihat di antara tulang-tulang daun seperti bercak kotor.
Selain pada daun, kekurangan kalium juga terlihat pada batang tanaman yang lemah dan pendek sehingga tanaman tumbuh kerdil. Buah yang terbentuk menjadi tidak sempurna, kecil, mutu jelek, dan tidak bisa disimpan terlalu lama.
Kalium sulfat
Pupuk kalium sulfat sudah ada sejak lama di Indonesia. Pupuk ini terbuat dari kalium oksidan dan asam belerang sehingga sering disebut sebagai ZK atau zwavelzure kali.
Pupuk kalium sulfat berbentuk butiran-butiran kecil berwarna putih. Pupuk tidak bersifat higroskopis dan bereaksi asam jika diaplikasikan ke tanah. Kalium sulfat kerap dijumpai dalam dua macam, yakni ZK 90 dengan kandungan K2O sebesar 45—90 persen dan ZK 96 dengan kandungan K2O sebesar 52 persen.
Kalium klorida
Pupuk kalium klorida terbilang langka ditemui di pasaran. Hal ini karena harganya tergolong mahal. Meskipun demikian, pupuk yang akrab disebut KCl ini sering dicari oleh petani untuk mencukupi kebutuhan unsur hara K. Pupuk KCl dijual dalam dua macam, yaitu KCl 80 yang mengandung K2O sebesar 53 persen dan KCl 90 yang mengandung K2O sebesar 58 persen.
Patent-kali
Pupuk patent-kali mengandung hara K2 O sebesar 21 persen hingga 30 persen dan MgO sebesar 6—19,5 persen. Pupuk patent-kali pertama kali digunakan di daerah subtropis karena kandungan MgO-nya terbilang besar.