Pandemi COVID-19 masih terus berlangsung di Indonesia dan beberapa negara lain. Kondisi wabah virus ini membuat sedikit perubahan pada perilaku konsumen sehingga membuat pembudidaya ikan harus lebih kreatif. Pembudidaya ikan dapat mengembangkan produk pangan ready to eat atau siap goreng dan santap sehingga dapat memudahkan konsumen untuk mengonsumsinya.
Gambar 1. Budidaya Ikan
Direktur Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) Syarif Syahrial menyarankan inovasi tersebut kepada pembudidaya pada focus group discussion (FGD) yang bertajuk Strategi Pengembangan Perikanan Budidaya Menuju Proses Maritim Dunia.
“Era sekarang, orang makan ikan yang siap digoreng. Mungkin bisa dikreasikan olahan lele, dibekukan, sehingga bisa dijual kapan pun. Pandemi mengajarkan kita perubahan pola konsumsi,” papar Syahrial seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Melalui FGD tersebut, Syahrial memberitahu kepada pembudidaya ikan lele untuk mendapatkan akses permodalan. Pembudidaya perlu menyiapkan proposal terlebih dahulu yang dibantu oleh tenaga kerja pendamping dari Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Keberadaan pendamping dapat membantu para debitur dan calon debitur dalam merencanakan dan mengelola dana pinjaman.
“Jangan sampai pembudidaya hanya tahu produksi, tapi tidak tahu pasarnya. Jangan sampai terjerat utang dari permodalan,” ujar Syahrial.
Saat ini LPMUKP sudah memiliki 236 tenaga pendamping yang tersebar di 357 Kabupaten/Kota. Pendampingan tersebut merupakan salah satu pelayanan dari lembaga pemerintah kepada masyarakat yang bergeak di sektor kelautan dan perikanan.
FGD tersebut diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPP Hipmikindo). Tujuan FGD tersebut ialah meningkatkan produksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Secara umum tujuan FGD tersebut adalah meningkatkan daya saing dan omzet serta usaha para petani lele sekaligus mendorong menjadi industri dan produsen lele terbesar di dunia.