Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus fokus memacu subsektor perikanan budidaya untuk memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga ketahanan pangan. Salah satu upaya yang tengah dilakukan ialah menyalurkan paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok, inovasi teknologi yang dinilai bisa menjadi solusi untuk menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi serta ketahanan pangan untuk ke depannya.
Gambar 1. Budidaya Ikan
Koperasi Serba Usaha (KSU) Central Lele di Desa Panji Lor, Kabupaten Situbondo, termasuk salah satu penerima bantuan budidaya ikan lele sistem bioflok pada 2020. Ketua KSU Central Lele, Ahmad Basri mengatakan sudah menjalankan usaha budidaya lele sejak 2010 dan mulai merasakan manfaat yang berlipat dari usaha budidaya ikan dengan sistem bioflok yang saat ini ditekuninya.
“Budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok ini merupakan teknologi yang baru bagi anggota kelompok kami sehingga wajar apabila timbul beberapa kendala pada siklus penebaran pertama, seperti masalah kualitas air hingga pertumbuhan ikan yang lambat. Namun, seiring berjalan waktu dan bimbingan dari tim Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, kami telah berhasil mengatasi kendala-kendala tersebut,” papar Basri seperti dikutip dari laman kkp.go.id.
Bantuan yang sudah digulirkan pada kelompoknya berhasil membuat KSU Central Lele mendapatkan hasil panen mencapai 2 ton dengan nilai ekonomi yang mencapai Rp26 juta.
Basri optimis, pengalaman dan modal yang sudah diberikan pemerintah kepada kelompoknya dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Menurut Basri, perhitungan sistem bioflok ini dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan metode konvensional. Pasalnya, sistem bioflok lebih irit dalam penggunaan air serta pakan. Oleh karena itu, ketua KSU Central Lele berencana menambah jumlah kolam bioflok dan meningkatkan padat tebar secara berkala.