Sambiloto sudah terkenal sebagai tanaman yang sering diolah menjadi jamu-jamuan. Tanaman ini terasa sangat pahit, tapi di balik rasanya yang tidak enak tersebut tersimpan segudang khasiat untuk kesehatan tubuh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) telah menghasilkan varietas unggul dari tanaman sambiloto yang diberi nama sambiloto varietas Sambina 1.
Gambar 1. Sambiloto
Dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id, Varietas Sambina 1 mampu menghasilkan 74 ton terna per hektare, mengandung andrographolid 0,47—1,84 persen, dan memenuhi standar Farmakope Herbal Indonesia (0,64 persen).
Tinggi sambiloto varietas Sambina 1 sekitar 31—82 cm, tanamannya berbentuk perdu, penampang batang persegi, batang berwarna hijau, dan bunga berbentuk labiate. Buah tanaman sudah bisa dipanen saat 1—2 bulan setelah tanam dengan umur benih yang ditanam sekitar 26—27 hari setelah bunga mekar.
Buah sambiloto varietas Sambina 1 berbentuk pipih lonjong dengan warna cokelat keunguan. Biji tanaman berbentuk kotak agak bulat dan berwarna cokelat terang. Kadar sari larut dalam air sekitar 21—33 persen, kadar sari larut dalam ethanol sekitar 14—23 persen, dan kadar andrographolide (serbuk) 0,5—1,8 persen.
Sambiloto varietas Sambina 1 sangat berpotensial untuk dikembangkan dalam skala luas untuk memenuhi permintaan sambiloto di pasaran.
Sambiloto memiliki segudang manfaat untuk kesehatan karena kandungan yang ada di dalamnya dapat bekerja sebagai antiinflamasi, antibakteri, antipiretik, serta analgesik. Banyaknya kandungan di dalam sambiloto membuat masyarakat membutuhkanya sebagai salah satu bahan pembuatan jamu atau herbal.
Penyakit yang bisa diatasi oleh sambiloto salah satunya adalah infeksi bagian atas saluran pernapasan.