Saat ini Kampung Cabai menjadi salah satu upaya yang tengah dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk menjaga stabilitas pasokan cabai. Dalam virtual literacy yang dilaksanakan oleh Direktur Sayuran dan Tanaman Obat bekerja sama dengan Pustaka Kementan memberikan materi tentang teknologi soil block seedling yang dianggap bisa mengefisiensikan produksi cabai.
Gambar 1. Kampung Cabai
Soil block merupakan alat semai ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah organik sehingga alat ini tidak akan merusak lingkungan. Alat semai tersebut dikembangkan oleh Eka Mardiyono yang merupakan pelaku usaha soil block dari Jawa Tengah.
Selain ramah lingkungan, alat semai ini juga bisa meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja pada proses persemaian.
Soil block terbuat dari bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman tanpa tanah. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyusun alat semai ini adalah pupuk kandang, fosfat alam, kapur dolomit, cocopeat, dan gambut dengan perbandingan 30:5:5:30:30. Seluruh bahan tersebut akan dicampur dengan air hingga mendapatkan kepadatan yang sesuai. Untuk memperkaya unsur hara di dalamnya, alat semai bisa ditambahkan sedimentasi rawa.
Cara penggunaan soil block terbilang mudah, setelah semua bahan tercampur, kemudian masukkan seluruh bahan ke alat cetakan dan ditekan hingga padat. Selanjutnya, letakan alat soil block di atas nampan kayu dengan cara membalikkannya. Setelah itu, tekan sebanyak 2—3 kali secara berulang alat pegas yang terdapat pada alat cetak agar media tercetak dengan baik.
Soil block bersifat absorb (menyerap) sehingga pupuk yang diberikan tidak akan terjatuh ke bawah, tetapi diserap ke dalam alat semai ini.
Penggunaan alat semai ini perlu dibarengi dengan pemilihan varietas yang cocok dengan kondisi lingkungan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil budidaya di Kampung Cabai.