Selama ini perbanyakan talas beneng lebih sering dilakukan secara konvensional, memanfaatkan umbi untuk menghasilkan tanaman baru. Namun, cara tersebut ternyata memiliki kekurangan di saat kebutuhan bibit meningkat pesat dalam jangka waktu yang singkat. Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) telah menggunakan teknologi kultur jaringan untuk memperbanyak tanaman talas beneng.
Gambar 1. Talas Beneng
Kultur jaringan dianggap sebagai solusi mengatasi permasalahan ketersediaan benih yang sering dialami oleh petani dan penangkar. Di sisi lain, teknologi ini dapat menjadi teknik alternatif yang tepat untuk mengembangkan talas beneng yang semula hanya sebagai tanaman liar dan tidak bernilai ekonomi.
Perbanyakan kultur jaringan untuk talas beneng dimulai dari persiapan bahan dan alat, pembuatan media, sterilisasi eksplan, penanaman pada media inisiasi tunas, subkultur pada media pemanjangan tunas, subkultur pada media perbanyakan tanaman, subkultur pada media perakaran, dan aklimatisasi di rumah kaca.
Larutan stok dibuat dari beberapa bahan kimia, kemudian disimpan di dalam lemari pendingin untuk selanjutnya digunakan dalam pembuatan media kultur. Alat lain yang tidak kalah penting harus dipersiapkan adalah aluminium foil dan sealer untuk menutup biakan di dalam botol kaca.
Perbanyakan menggunakan media Murashige dan Skoog. Media dasar dan ZPT dibuat dalam larutan stok. Eksplan yang digunakan pada teknik kultur in vitro adalah tunas aksilar dan tunas lateral berukuran 2–3 mm. Mata tunas diambil dari umbi, kemudian bagian tersebut akan mendapatkan beberapa tindakan agar siap dan steril untuk ditanam pada media tanam. Ruang kultur harus memiliki pencahayaan terang selama 16 jam per hari dan bersuhu 25°C.
Artikel Terkait :